Insomnia

Mungkin kalian salah satu dari sekian banyak orang yang mengalami gangguan tidur. Hmmmmm, sedih banget ya rasanya, disaatnya semua orang terlelap tidur dan memang itu adalah waktunya untuk tidur kita masih saja terjaga, sedang pada esok harinya saat kita beraktifitas justru kantuk dan tidak bersemangat yang kita rasakan dan otomatis mempengaruhi kualitas kerja kita terlebih-lebih kualitas kesehatan kita tentunya ya. Lalu apakah keadaan seperti ini yang biasa disebut dengan istilah insomnia? Ok, kawan, untuk mengetahui jawabannya kita sedikit kupas sedikit tentang gangguan tidur ini.

Menurut Wikipedia Indonesia, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Biasanya, Insomnia ini sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif. Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.

Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Padahal, semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut. Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
  • Pola tidur penderita.
  • Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
  • Tingkatan stres psikis.
  • Riwayat medis.
  • Aktivitas fisik.

Selain itu juga, Diagnosis juga dilandaskan berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual. Untuk kelompok usia anak-anak tentunya kebutuhan tidur akan berbeda dengan kelompok lanjut usia. Dan perlu diingat, Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.

Keluhan sulit tidur ini sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut, dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah. Selain itu juga, Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa mereka tidak cukup tidur.

Pola dari insomnia inipun ada beberapa macam. Misalnya, ada yang pada jam 9/10 malam bisa tertidur, tapi setelah tidur selama 1-2 jam terbangun dan susah tertidur lagi, atau pada jam 9 malam tertidur, tapi pada dinihari terbangun hingga tidak dapat tidur sampai ke esokan harinya Bahkan ada juga yang benar-benar tidak bisa tidur sampai dinihari bahkan keesokan harinya.
Untuk pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.

Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur. Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:
  • Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).
  • Bekerja pada malam hari.
  • Sering berubah-ubah jam kerja.
  • Penggunaan alkohol yang berlebihan.
  • Efek samping obat (kadang-kadang).
  • Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).
Kalian termasuk kelompok yang mana? Hmmmmm, semoga tulisan ini bisa menjadi sedikit pengetahuan tentang insomnia ini, terutama untuk kalian yang mengalami kadaan ini.O iya, Sebuah survei dari 1,1 juta penduduk di Amerika yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan orang-orang yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian sebesar 15%. Insomnia kronis - tidur kurang dari 3,5 jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol durasi tidur dan insomnia, penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan peningkatan angka kematian.

Ok kawan, semoga bermanfaat, dan pada postingan selanjutanya saya akan mencoba sedikit berbagaimana cara untuk mengatasi insomnia ini.

Posting Komentar

Komentarnya dong?