Orientasi dan Mobilitas

Apakah temen-temen semua pernah membayangkan seperti apa seorang penyandang tunanetra melakukan kegiatan sehari-hari? Ya, sebagai individu yang juga masih termasuk mahluk sosial seperti saya ini juga melakukan aktivitas sosial, seperti kondangan, rapat rt, kewarung, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan bersosial dengan masyarakat yang harus saya lakukan. Selain itu juga kegiatan-kegiatan didalam rumah seperti memasak, mencuci, mennyetrika, dan pokoknya banyak lah! Semua harus bisa saya lakukan, karena nggak mungkin kan saya selalu bersama-sama dengan orang yang bisa membantu saya dalam melakukan semua kegiatan tersebut? Ya, kalau punya istri sih sedikit mendingan, tapi kalau istrinya hamil/melahirkan? Malah tambah banyak cuciannya kali!


Para penyandang tunanetra memang mengalami keterbatasan gerakan di dalam lingkungan mereka. Agar dapat mandiri di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, penyandang tunanetra harus dapat mengenal suasana di sekitarnya dan hubungannya dengan lingkungan tersebut. Hal ini disebut sebagai orientasi. Selain itu penyandang tunanetra perlu juga dapat bergerak dengan aman dan efektif di lingkungannya tersebut, atau biasa disebut juga dengan mobilitas.

Orientasi tidak akan berguna tanpa mobilitas dan sebaliknya mobilitas tidak akan berhasil dengan efektif tanpa didasari orientasi. Yang dimaksud efektif di sini adalah penyandang tunanetra dapat menggunakan benda-benda yang ada sebagai alat mobilitas, sehingga benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk dan pengarah dalam mencapai tujuan. Orientasi dan mobilitas harus terintegrasi di dalam satu kesatuan. Orientasi dapat menyelamatkanpenyandang tunanetra, sedangan mobilitas dapat mengantarkan anak ke tempat tujuan.Oleh karena itu, agar anak bisa bergerak secara mudah, aman, dan efektif di lingkungannya, perlu diberi pelatihan keterampilan orientasi dan mobilitas.

Sebagai comtoh, apabila saya baru saja pindah rumah, maka yang saya lakukan pertama adalah mengenali seluruh ruangan dalam ruangan ini. Bentuk tembok, pintu, jendela, semua saya jadikan sebagai alat untuk mengetahui posisi saya. Kemudian untuk luar ruangan tentunya bisa mencari benda apa yang kira-kira bisa saya jadikan sebagai alat atau tanda, seperti pohon, polisi tidur, pagar, dan itu semua diusahakan benda yang bersifat permanen pada tempatnya maksudnya bukan seperti mobil, motor, dan ataupun apapun itu yang mungkin bisa berpindah tempat, ini diperlukan untuk mengenali rumah saya sendiri, nggak mungkinkan kalau saya pergi dan kemudian pulang saya tidak mengenali dimana rumah saya? Ya dengan mengetahui lingkungan rumah saya dengan memanfaatkan benda-benda yang bisa dijadikan tanda maka saya akan cepat mengetahui bahwa saya sedang atau sudah berada disekitar rumah saya.

Selain itu, ketrampilan Orientasi Mobilitas pada Tuna Netra juga dinilai penting agar :
1. Tidak terisolasi dari lingkungannya
2. Dapat memaksimalkan indera indera lain dan meminimalkan keterbatasannya
3. Mengurangi ketergantungan terhadap orang lain

Dengan demikian bisa disimpulkan kalau orientasi dan mobilitas adalah suatu kemampuan yang wajib dimiliki oleh penyandang tunanetra. Namun yang disayangkan, kadang justru bukanlah sipenyandang tunanetra itu sendiri yang tidak melatih kemampuan berorientasi dan bermobilitasnya tapi kadang justru orang-orang disekitarnya yang tidak memperhatikan hal tersebut. Apalagi masih banyak juga para orang tua yang masih merasa malu, tabu dan apalah itu apabila memiliki putera yang menderita cacat mata, sehingga masih banyak keluarga yang justru menyembunyikan anggota keluarganya yang menyandang tunanetra tersebut.

Posting Komentar

Komentarnya dong?