Lokalisasi Di Indonesia Yang Sudah Ada Sejak Zaman Belanda

Suasana Pasar Kembang Yogyakarta - dock/jogja.tribunnews.com

Istilah kompleks pelacuran atau yang sering juga disebut dengan istilah lokalisasi sudah tak asing lagi di telinga.

Di berbagai kota besar, tempat ini hampir dipastikan selalu ada. Sebut saja nama Pasar Kembang alias sarkem di Yogyakarta, Gang Dolly di Surabaya, Saritem di Bandung atau Sunan Kuning di Semarang.

Para ahli percaya bahwa pelacuran merupakan bisnis tertua di dunia, yang sudah dipraktikan sejak jaman babilonia. Dan Hingga kini, bisnis pelacuran tak pernah habis. Berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas tempat maksiat ini hanya membuat kompleks itu berpindah tempat saja.

Sementara bisnisnya, tetap berjalan meskipun dengan bentuk yang berbeda semisal melalui jaringan online atau tidak terang-terangan di pinggir jalan atau di lokalisasi.

Lalu, tahukah sobat bahwa sejumlah lokalisasi di tanah air yang masih ada maupin pernah ada sampai sekarang ini, ternyata dibuat sejak jaman penjajahan Belanda dulu? Mana sajakah itu? Berikut paparannya :

1. Sarkem alias Pasar Kembang

Kompleks tempat mangkalnya para pekerja seks komersial ini berada di pusat kota Yogyakarta tepatnya bertempat didekat Stasiun Tugu Yogyakarta.

Lokalisasi ini Dibangun semenjak dimulainya proyek pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Yogyakarta dengan sejumlah kota besar di Pulau Jawa, atau sekitar pertengahan abad ke - 18.

Berdasarkan penelusuran, dulunya kompleks ini memang sengaja dibangun untuk melayani para pria hidung belang yang bekerja di proyek pembangunan rel kereta api. Sejak saat itu, di kawasan ini tumbuh hotel atau penginapan lantaran banyak orang dari luar yang datang ke tempat ini.

Hingga sekarang, sarkem masih beroperasi. Meskipun Pemkot Yogyakarta tak menyebutnya sebagai lokalisasi namun faktanya, transaksi seksual memang masih terjadi di tempat ini.

2. Saritem

Lokalisasi yang berada di Bandung ini juga sudah ada sejak jaman Belanda.

Berdasarkan penelusuran, Istilah saritem berasal dari nama seorang perempuan berparas cantik asal Bandung yang saat itu ia menjadi Gundik para pejabat Belanda.

Lama kelamaan, Saritem berhasil membawa banyak teman-temannya untuk melayani para pria hidung belang asal Belanda. Ini juga tak terlepas dari permintaan para pejabat Belanda untuk membawakan gadis-gadis lainnya untuk para pria hidung belang.

Dari situlah, kemudian menjadi cikal bakal istilah saritem tempat lokalisasi yang tersohor kala itu.

3. Gang Dolly

Gang Dolly yang beberapa waktu lalu sempat sudah ditertibkan begitu tersohor bahkan disebut-sebut sebagai kawasan prostitusi terbesar se-asia tenggara.

Sedangkan Soal asal usul nama Gang Dolly itu sendiri setidaknya ada dua versi.

Pertama, Gang Dolly dari nama seorang noni belanda bernama Dolly van de Mart yang secara sengaja membangun rumah bordir di kawasan tersebut.

Adapun versi lainnya menyebutkan bahwa Gang Dolly berasal dari nama seorang mantan pelacur berdarah Jawa-Filipina bernama Dolly Khavit yang menikah dengan seorang pelaut Belanda. Ia mendirikan wisma yang berisi para pekerja seks komersial. Sejak saat itu, seiring dengan semakin banyaknya tamu yang datang, maka semakin banyak juga para PSK yang mangkal di kawasan ini.

4. Macao Po

Macao Po berdiri sejak abad ke-17. Lokalisasi yang Dulunya berada di depan stasiun Kota Jakarta ini memang menjadi tempat tujuan para petinggi VOC.

Selain itu, Tempat ini juga menjadi tempat tujuan para pengusaha dari China. Sehingga lama kelamaan, tempat ini semakin ramai.

Seiring dengan semakin banyaknya tamu, lokasi ini pun menjelma menjadi kawasan lokalisasi prostitusi. Disebutkan pula bahwa inilah cikal bakal tempat pelacuran di Jakarta



Demikianlah beberapa tempat prostitusi yang sudah ada sejak zaman Penjajahan Belanda. Sekedar untuk menambah pengetahuan saja.

Sumber

Posting Komentar

Komentarnya dong?