Tegarnya Seorang Nenek Merawat Cucunya Yang Usia 9 Tahun Belum Bisa Berjalan

Warzanah dan cucunya, Cahyo Agung Wibowo. - Dock/HarianJogja.com

Usianya sudah sembilan tahun, tetapi Cahyo Agung Wibowo belum bisa bicara. Jalannya masih merangkak, bahkan untuk makanpun masih harus disuap. Cahyo tinggal bersama neneknya Warzanah, yang berusia 58 tahun di Dusun Kedung Buweng RT004, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul.

Ibu Warzanah merupakan salah satu keluarga miskin di dusun tersebut. Ia tercatat sebagai penerima bantuan beras sejahtera (rastra).

Ia tinggal berdua bersama Cahyo di rumah sederhana dengan dinding kayu dan lantai tanpa keramik. Dalam bangunan berdimensi sekitar 7 x 9 meter itu, listrik hanya digunakan untuk menghidupkan lampu dan mengisi daya telepon genggam yang baru dibelinya bebrapa hari lalu. Tidak ada televisi atau benda elektronik lainnya.

Sehari-hari Ibu Warzanah berjualan serbuk daun kelor sebagai obat yang ia racik sendiri. Obat itu ia pasok ke warung-warung. Tiap hari Minggu ia mencari penghasilan tambahan dengan berjualan minuman di kompleks Makam Raja Mataram Imogiri.

Selama Ramadan ini, ia yang ditinggal suaminya setahun lalu itu juga harus mencari penghasilan tambahan dengan berjualan pecel sayur di Pasar Imogiri. Setiap hari Ibu Warzanah berjalan kaki saat berjualan,. Kadang juga naik ojek.

Ibu Warzanah sebenarnya punya lima orang anak, tetapi empat anaknya sudah menikah dan tinggal mandiri jauh dari rumahnya. Seorang anak yang belum menikah juga bekerja di luar kota dan jarang pulang.

Walaupun demikian, Bu Warzanah tidak pernah khawatir dengan kondisi hidupnya. Tapi, ia hanya mengkhawatirkan dengan kesehatan cucunya, Cahyo, yang sering ia tinggalkan sendiri ketika ia harus mencari uang.

Cahyo merupakan cucu dari anak kedua, Agung Sedayu dan menantunya Rusmiyati yang kini tidak jelas keberadaannya. Cahyo ditinggalkan begitu saja oleh kedua orang tuanya ketika anak itu berusia lima tahun dengan meninggalkan sepucuk surat yang mengatakan bahwa mereka mau mencari nakah di Jakarta dan berjanji akan mengirimkan uang untuk biaya Cahyo.

Namun janji yang disampaikan melalui sepucuk surat itu tidak direalisasikan. Warzanah mulai benci dengan anak keduanya itu, karena telah menelantarkan darah dagingnya. Tidak hanya itu, Warzanah juga tidak habis pikir anaknya tega membebani ibunya sendiri yang sudah berusia lebih dari setengah abad.

Dengan segala keterbatasan, Ibu Warzanah akhirnya mulai terbiasa dengan cucunya itu. Namun Ibu Warzanah bingung dengan kondisi cucunya yang hingga kini belum dapat berjalan dan berbicara. Untuk makan juga harus disuapi karena jarinya tidak bisa menggenggam benda. Lalu, Kalau Cahyo ingin makan atau minum biasanya tandanya menangis, dan kalau sudah disuapi lalu diam.

Ia sempat membawa Cahyo ke rumah sakit, tetapi hingga kini belum mendapat kepastian sakit apa yang dialami cucunya tersebut. Ia berencana membawa lagi cucunya ke rumah sakit tetapi belum ada dana yang cukup.

Pihak pemerintah desa setempat hanya baru bisa membantu mempermudah proses pengurusan surat-surat agar Ibu Warzanah dapat mengakses berbagai bantuan, termasuk bantuan pengobatan bagi Cahyo. Sedangkan Bantuan pengobatan baru sekadarnya dari per orangan, kalau dari pemerintah belum ada.

Sumber

Posting Komentar

Komentarnya dong?