Leptospirosis

Wah, ada-ada saja sepertinya jaman sekarang ini. Penyakit yang dulu sering terjadi Cuma kutil, kurab, cacingan, panu, kadas, dll dan sekarang kayaknya sudah jarang terdengar ini malah muncul penyakit yang dari namanya susah banget nyebutinnya. Nah, petualanganku semalam di belantara google nemuin satu jenis penyakit yang aku pribadi baru denger nih, mungkin temen-temen mungkin sudah lebih dulu tau tentang satu penyakit ini, tapi nggak apalah, biar aku nyusun ini sambil memahami satu-persatu dari penjelasan penyakit ini. Tapi maaf, mungkin ini kurang memuaskan, dan untuk jelasnya silahkan temen-temen tanyakan langsung sama pihak yang ngurusin masalah kaya gini. ;)

Penyakit leptospirosis, ini dia penyakit yang aku singgung diatas tadi. Sebenarnya penyakit apaan sih ini? Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan bakteri leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini mempunyai ratusan serotipe. Nama-nama serotipe ini sebagian diambil dari nama penderita atau tempat di Indonesia, seperti, serotipe harjo, mankarso, naam, sarmin, djasiman, sentot, rachmati, paijan, bangkinang, dan binjei. Nah lo, bingung nggak lo.

Nah, sekarang bagaimana penularannya pada manusia? Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Namun khusus yang terjadi di Jakarta, penularannya melalui air kencing tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung (misalnya saat mencuci muka). Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urine tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia. Urine tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di kamar mandi atau makanan yang tidak disimpan pada tempat yang aman. Iiiiiihhhhhhh, pipis tikus kok bikin serem sih?

Lalu apa gejala-gejala penyakitnya? Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai mencret-mencret. Orang sering mengira itu gejala masuk angin, flu, atau typhus, sehingga pengobatannya pun tradisional, biasa, seperti dikerok menggunakan uang logam, kemudian dibalur obat gosok dan minum obat sakit kepala. Karena menyerang hati, pada stadium lanjut muncul gejala penyakit kuning. Kulit dan putih mata menjadi kekuningan, selain tampak pula mata merah layaknya sedang sakit mata. Demam, kuning dan mata merah, dianggap khas pada leptosprirosis . Adakalanya terjadi perdarahan. Dokter mendengar bunyi para-paru abnormal, dan kemungkinan kulit meruam merah.

Selain itu gejala leptospirosis menjadi lebih berat jika tidak diobati atau obatnya salah alamat. Selain komplikasi ke hati menimbulkan gejala penyakit kuning, komplikasi ke selaput otak menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan penurunan kesadaran. Komplikasi ke ginjal umumnya bersifat fatal. Angka kefatalan penyakit leptospirosis mencapai 5 persen, artinya 5 dari setiap 100 kasus bisa tewas. “Wuuuhhhhh ruwet banget ini mah bisa sampai kejang segala”.

“Bagaimana apabila kita terserang penyakit ini?” Kalau Anda terserang leptospirosis, itu bukan berarti akhir dari segalanya. Leptospirosis bukan penyakit ganas. Obatnya mudah didapat dan murah. Hanya saja di awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis. Selain antibiotika golongan penicilline, kuman juga peka terhadap streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis antibiotika klasik ini tergolong tidak tinggi, selain mudah didapat, bahkan di Puskesmas sekali pun. Jika diobati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik. “oh, gitu ya pak?”

“Apa langkah-langkah agar kita terhindar dengan penyakit ini pak?”Langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang mematikan. Kuman leptospira ini mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya “lisolisasi” seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah “mewabah”-nya leptospirosis. “Cuma itu pa pak?”

Masih ada lagi kawan, selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih . Selain terkena air kotor , tangan tercemar kuman dari hewan piaraan yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari berkontak dengan kencing hewan piaraan. Biasakan memakai pelindung, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim. Biasakan membasuh tangan sehabis menangani hewan, ternak, atau membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor. “Jadi kita tidak boleh main-main dengan pipis tikus ya pak? Siiiaaapppp!”

Itu dia teman semua penyakit yang ternyata sumber penularannya berasal dari hewan-hewan peliharaan kita. Semoga dengan kita mengetahui ini, kita bisa lebih menjaga kebersihan, dan lebih seksama lagi dalam merawat hewan-hewan peliharaan kita, dan tulisan ini bersumber dari:

Posting Komentar

Komentarnya dong?