Muncul Awan Gempa Dilangit Djogja, Begini Menurut BMKG

Beberapa waktu lalu salah satu akun facebook mengunggah sebuah foto yang sebelumnya, saya sempat bingung dengan keterangan yang ditulis akun tersebut.

Pasalnya, Dalam foto unggahanya, akun tersebut menulis

Si jabrik muncul di langit jogja pukul 05.45.
Jabriknya panjang dan tebal.
Arahnya dari utara ke selatan..
Semoga hanya lukisan alam saja..
Bukan membawa pesan...
Salam titen
Salam tanggap
Salam waspada
Salam tangguh.."

Begitu keterangan yang dicantumkan pada foto tersebut. Dan Yang membuat saya penasaran adalah karena ada kata "semoga tidak terjadi apa-apa".



©Foto Petty Ananda Perwita Saridevy/Facebook

Untuk menjawab kepenasaran saya, dan karena saya tidak tau object apa dalam foto tersebut, maka saya coba menanyakan kepada teman saya yang meng-upload foto tersebut.
"Hehe.. Itu awan jabrik biasanya pertanda gempa.. Moga2 mandali.." Jawaban tersebut yang saya dapatkan.

Dan sayapun kembali bertanya tentang pengalamannya dengan awan yang Ia sebut sijabrig ini. "Apa punya pengalaman dengan sijabrig mbak?"
"Pertama kali aku kenal jabrik th 2006 saat pulang ke jogja.. Aku lihat si jabrik spt mahkota liberty.. Bbrp hari kemudian gempa besar melanda jogja,..hingga kakiku tertimbun reruntuhan tembok. Sejak saat itu aku bersumpah untuk memburu si jabrik... Wkwk,"
jawab akun facebook yang vernama Petty Ananda Perwita Saridevy tersebut.

Lalu, benarkah ada hubungan antara awan yang oleh teman saya disebut dengan sijabrig tersebut dengan adanya kemungkinan akan terjadinya gempa? Pasalnya, bukan hanya teman saya yang berkata demikian, keberadaan awan ini banyak menjadi perbincangan dimasyarakat luas terutama dikota Yogyakarta.

Kemudian, bagaimana pandangan ahli dalam venomena si jabrig ini?

Menanggapi venomena awan gempa alias sijabrig ini, BMKG menerbitkan press release di website resminya. Seperti apa isi press release tersebut?

Press Release Tanggapan BMKG Atas Isu Terjadinya Awan Gempa di Yogyakarta,

Sehubungan dengan yang ditunjukkan gambar tersebut di atas terkait dengan awan "garis lurus" yang diisukan berkorelasi dengan kemungkinan akan terjadi gempa bumi besar, berikut tanggapan BMKG :

  1. Sumber Foto Awan tidak jelas dan bukan dari Institusi/ Lembaga Resmi.
  2. Terkait fenomena awan yang dihubungkan dengan prakiraan akan terjadinya gempa bumi belum ada teori ilmiah yang dapat dijadikan rujukan. Apalagi sudah disimpulkan secara deterministik disebutkan akan terjadi gempabumi besar dalam waktu 2-3 hari ke depan. Memang ada beberapa paper yang menghubungkan fenomena awan dengan kejadian gempa bumi tektonik, tetapi hal itu masih sebagai hipotesis.
  3. Dalam meteorologi syarat terbentuknya awan harus ada uap air yang cukup, temperatur lingkungan rendah, adanya aerosol (polutan), dan ketidakstabilan atmosfer. Apakah syarat terbentuknya awan tersebut sudah terpenuhi saat gambar diambil? Hal ini tidak dijelaskan dalam gambar tersebut diatas.
  4. Berdasarkan hasil monitoring dan analisis magnet bumi, TEC, dan Radon milik BMKG di Yogyakarta (Sleman, Pundong, dan Piyungan) tidak menunjukkan adanya tanda awal ( anomaly ) akan terjadi gempa bumi pada tanggal 1 Juni 2018 (saat gambar di upload di Facebook akun Kota Yogya) maupun beberapa hari sebelumnya.
  5. Awan garis lurus yang memanjang dari barat ke timur diperkirakan terbentuk oleh lintasan pesawat, hal ini sesuai dengan ciri ketebalan awan dari barat ke arah timur yang semakin tebal sesuai dengan arah jalannya pesawat, waktu kemunculan awan yang singkat dan panjangnya lintasan.

Kesimpulan:
Awan garis lurus pada gambar tersebut di atas bukan merupakan awan gempa dan tidak berkorelasi dengan terjadinya gempa bumi sebagaimana yang diisukan.

Pendapat Saya

Tidak bisa dipungkiri, setiap venomena alam pasti muncul gejala atau tandanya.

Contoh paling sederhana, ketika akan hujan pastilah ada mendung, sebelum gunung akan meletus pasti ada peningkatan aktifitas, dan venomena-venomena lain sebagainya.

Belum lagi, adanya kearifan lokal yang menurut saya merupakan warisan dari nenek moyang yang saya yakin tidak terbangun begitu saja. Rekaman dalam bentuk cerita, kebiasaan, dan lain sebagaiya gejala alam ketika akan terjadi bencana secara turun temurun diajarkan dalam memahami dan menghadapi bencana alam, itulah kearifan lokal.

Sebagai umat beragama juga, tentunya kita yakin segala yang terjadi pasti tidak terjadi begitu saja, Tuhan pasti menciptakan kejadian tentu ada proses dan ilmunya. Hanya saja, keterbatasan kita sajalah yang menjadikan kita tidak tau.

Mengenai awan gempa yang sedang menjadi perbincangan, menurut saya perbincangan tersebutpun tidak serta merta menjadi ramai begitu saja. Tentunya diantara yang memperbincangkan tersebut ada pengalaman dengan awan tersebut sehingga menarik untuk ditanggapi.

Secara keilmuan, tentu saja saya tidak bisa bicara banyak karena saya tidak punya dasar keilmuan dibidang tersebut. Maka, saya lebih memilih mengikuti pendapat pihak pihak yang lebih berkopenten dan tentunya yang resmi juga seperti BMKG misalnya.

Sedangkan untuk mereka yang mempercayai tentang awan gempa ini, saya pribadi sih menganggap wajar saja. Apa lagi bagi mereka yang mempercayainya karena ada pengalaman untuk itu. Yang penting, bukan untuk panik, akan tetapi untuk kewaspdaan saja.

Sumber: Website BMKG

Posting Komentar

Komentarnya dong?